DALAM BAHAYA BESAR !!!

Tersebut dalam kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali (450 – 505 H = 1058 – 1111 M) kutipan sebagai berikut:

Telah tersingkap oleh terawangan (kasyaf) para pemilik hati dengan bashiroh keimanan dan cahaya Al-Qur’an bahwa: tidak akan sampai kepada kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan ibadah, sebab «semua manusia dalam kebinasaan, kecuali yang berilmu, dan yang berilmu pun semuanya dalam kebinasaan kecuali yang beramal, dan yang beramal pun semuanya dalam kebinasaan kecuali yang yang ikhlas, sedangkan mereka yang ikhlash pun dalam bahaya yang besar, “kecuali mereka yang istiqomah”

Al Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin 1/11-12 berkata:

Ilmu kasyaf adalah tersingkapnya tirai penutup, sehingga kebenaran dalam setiap perkara dapat terlihat jelas seperti menyaksikan langsung dengan mata kepala … inilah ilmu-ilmu yang tidak tertulis dalam kitab-kitab dan tidak dibahas … “.
Al Ghazali mengakui kasyaf tidak diperoleh melalui jalan biasa, ia didapati melalui jalan takwa dan mujahadah, namun menurutnya tidak semua orang bisa mendapatkannya. Al Ghazali menyatakan bahwa ilmu kasyaf tidak bolah ditulis dalam kitab, disebabkan jelas bertentangan dengan hukum syara.

Kalimat dalam tanda petik di atas memang bukan Al-Qur’an, dan juga bukan hadits Rasulullah SAW. Namun, sebagaimana disebut oleh Imam Al-Ghazali, kalimat dalam petik di atas adalah “temuan” (kasyaf) dari orang-orang yang mempunyai hati, lalu hati mereka diterawang oleh bashiroh iman dan disinari oleh cahaya Al-Qur’an. Perpaduan antara tiga hal inilah (hati, iman dan Al-Qur’an) yang lalu membuahkan temuan (kasyaf) yang menyatakan seperti dalam tanda petik di atas.

Sebagian ulama’ menelusuri, bahwa kalimat itu pada awalnya diucapkan oleh Abu Muhammad Sahal bin Abdullah Al-Tustari (200 – 283 H = 815 – 896 M)

Inilah rahasianya, kenapa mereka ‘ala khothorin azhimin, dalam bahaya besar. Istiqamah dalam keadaan seperti itulah rupa dan rahasianya.

Dan memang, istiqamah dalam keikhlasan inilah yang berat (semoga Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan, hidayah, inayah, ri’ayah dan pemeliharaan-Nya, agar kita bisa tetap istiqamah dalam keikhlasan sampai akhir hayat kita, amin).

Sebab, sepintas, sepertinya, ikhlas itu sesuatu yang mudah dan ringan bagi seorang pemuda lajang. Namun, begitu ia menikah, terutama jika bukan dengan wanita shalihah, maka, ia akan mengalami kesulitan besar untuk berikhlas, yang diantaranya (sekali lagi diantaranya) karena faktor pernikahannya itu, sebab, ia sudah tidak lagi hanya memperhitungkan dirinya, namun, juga memperhitungkan istrinya.

Sepertinya, ikhlas itu sesuatu yang mudah dan ringan bagi seseorang yang baru saja menikah. Namun, begitu ia mempunyai seorang anak, maka, ia akan mengalami kesulitan besar untuk berikhlas, yang diantaranya (sekali lagi diantaranya) karena faktor dan mempertimbangkan urusan anaknya dan begitu seterusnya dan dalam hal ini tidak ada yang ma’shum kecuali para Malaikat dan Para Nabi.
ااَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا الْإِخْلَاصَ فِي الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ، وَالاِسْتَقَامَةَ عَلَى ذَلِكَ وَأَمِتْنَا عَلَى ذَلِكَ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keikhlasan dalam berbicara (termasuk menulis) dan dalam beramal, juga keistiqamahan dalam hal ini, serta matikan kami dalam keadaan istiqamah dalam keikhlasan dan dalam keadaan Engkau ridha kepada kami, dengan rahmat-Mua ya Allah Dzat yang Maha Penyayang dari mereka yang memiliki kasih sayang, amin.

Quote
“dalam melakukan amalan harus didasari keyakinan dan keistiqomahan, amalan yang dilakukan dengan keyakinan, ilmu, ikhlas tetapi istimror / berkelanjutan adalah lebih baik ketimbang amalan besar yang disertai dengan iman, ilmu, ikhlas tetapi tidak istiqomah dalam melaksanakannya”

“jangan terlalu mengejar dunia sehingga meninggalkan akhirat, karena kita mengejar hal yang sudah dijamin oleh Allah S.W.T sebagaimana bughats adalah anak burung gagak yang baru menetas. Anak burung ini jika sudah besar menjadi disebut “Ghurab”.
Ada fakta ilmiah menarik, anak burung gagak ketika baru menetas warnanya bukan hitam seperti induknya. Karena ia lahir tanpa bulu. Kulitnya berwarna putih.
Saat induknya menyaksikanya, ia tidak terima itu anaknya. Sehingga gagak betina tidak mau memberi makan dan minum. Ia hanya mengintai dan mengamati dari kejauhan.
Anak burung kecil malang yang baru menetas itu tidak mempunyai kemampuan untuk banyak bergerak, apalagi untuk terbang.
Lalu bagaimana ia makan dan minum…?
Allah Yang Maha Pemberi Rezeki yang menanggung rezekinya. Karena Dialah yang telah menciptakannya.
Allah menciptakan AROMA tertentu yang keluar dari tubuh anak gagak ini. Aroma tersebut mengundang datangnya serangga dan ulat ke sarangnya. Mereka berdatangan sesuai dengan kebutuhan anak gagak, lalu ia pun memakannya…
Subhanallah…
Keadaannya terus seperti itu sampai warnanya berubah menjadi hitam, karena bulunya tumbuh.
Ketika itu barulah gagak mengetahui itu anaknya dan ia pun mau memberi makanan sehingga tumbuh dewasa dan bisa terbang mencari makan sendiri.
sampai ada ulama yang berdoa :
“Allahummarzuqnaa kamaa tarzuqul bughats”
“Ya Allah, berilah aku rezeki sebagaimana Engkau memberi rezeki kepada bughats”.”
wallahu a'lam bish shawab, semoga kita semua selamat dari “BAHAYA BESAR”

mohon koreksi jika ada yang salah.

Posting Lama

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.