Belajar Ilmu Parenting dari Para Nabi dan Orang Sholeh


Belajar Ilmu Parenting dari Para Nabi dan Orang Sholeh

(Rangkuman Seminar Parenting “Menjadi Orang Tua Hebat” dari narasumber Ust. Bendri , Sabtu 6 September 2014 di Sekolah Alam Indonesia cabang Meruyung) Oleh : Pida Siswanti

Profil Orang Tua Hebat

Tugas utama orang tua adalah melakukan Kaderisasi Iman kepada anak-anaknya. Sehingga orang tua dan anak tidak hanya terhubung di dunia, tapi juga terhubung di akhirat. Seperti dijelaskan dalam Surat Ath-Thuur (52) ayat 21:

“"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan (pertemukan) anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya (sewaktu di dunia)."

Maka kesuksesan hidup diukur dari kesuksesan mengasuh anak, apakah kebaikan-kebaikan orang tua diikuti oleh anak-anaknya atau tidak. Seperti dulu Nabi Ya’qub, saat hendak meninggal, satu-satunya hal yang ia tanyakan pada anak-anaknya hanyalah “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?”

Jadi orang tua hebat adalah orang tua yang berhasil melakukan kaderisasi iman, sehingga anak-anak mereka sama sholehnya atau bahkan lebih sholeh daripada orang tuanya.

Balasan Orang Tua Hebat

Tak hanya di akhirat, bahkan selama masih hidup di dunia pun, orang tua hebat sudah mendapatkan balasan terbaik. Balasan orang tua hebat di dunia adalah bahwa anak-anak mereka Allah jadikan sebagai penyenang hati atau penyejuk hati (qurrota a’yun) bagi orang tuanya.

“Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS. al-Furqan (25) : 74)

Sementara di akhirat, Allah akan angkat derajatnya di surga sesuai keterangan hadits berikut:

“Ada orang yang diangkat derajatnya di surga. Ia bertanya, “Bagaimana ini bisa (terjadi) untukku?” Maka dikatakan kepadanya, “Ini karena anakmu beristigfar untukmu.” (HR Ahmad Al-Baihaqi)

Ada pepatah arab yang berbunyi : Apa yang kau tanam, itu yang kau tuai.

Beberapa Fenomena Saat Ini

Pengasuhan anak boleh dibilang seperti hutang-piutang. Jika hak anak tidak diberikan di waktu kecil, maka anak akan menagihnya di usia besar dengan perilaku yang menyebalkan. Saat ini ada fenomena Parent’s Distrust, yaitu fenomena di mana anak tidak lagi percaya kepada orang tuanya, sengaja melakukan hal-hal yang justru dibenci orang tuanya, sampai mencaci maki orang tuanya di khalayak ramai bahkan di sosial media.

Parent’s distrust disebabkan oleh dua hal utama:

  1. Hak anak waktu kecil tidak dipenuhi. Yaitu anak terlalu cepat disapih, atau disusui tapi dengan emosi negatif ibunya. Emosi negatif ibu menyusui biasanya muncul karena hak ibu tidak dipenuhi oleh sang ayah, sehingga ibu kurang nyaman. Peran ayah sangat penting dalam pengasuhan anak.
  2.  Ada kekacauan peran ayah dan ibu di dalam rumah tangga. Peran utama ayah adalah sebagai Al-Qowwam, pemimpin, penegak aturan (akar kata dari QS An Nisa (4) ayat 34 kalimat Ar-rijaalu qowwamuuna). Otoritas rumah harus dipegang ayah.

Sementara peran ibu adalah As-Sakan pemberi rasa nyaman dalam keluarga (akar kata dari QS Ar-Ruum (30) ayat 21, kalimat azwaajal litaskunuu). Saat ini justru banyak terjadi Ibu terlalu banyak membuat aturan, ayah ada tapi tiada, sehingga anak merasa tidak nyaman di rumah, cari kenyamanan di luar rumah.

Bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya. Jika anak perempuan mendapatkan cukup cinta dari ayahnya, dia tidak akan mencari cinta dari lelaki lain di luar rumah, hingga menjelang pernikahannya.

Bagi anak laki-laki, ayah adalah super hero pertamanya, idola pertamanya. Jika anak laki-laki tidak mendapatkan ayahnya sebagai super hero atau idola maka dia akan mencari super hero atau idola lain di luar rumahnya.

Teladan Dari Nabi Adam dan Nabi Nuh

Al-Qur’an adalah pelajaran bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran. Bahkan Ilmu parenting pun sudah ada di dalamnya.

“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim, dan keluarga ‘Imron melebihi segala umat.” QS Ali ‘Imron (3) : 33

Keluarga Nabi Adam dan Nabi Nuh, memang tidak bisa dijadikan teladan. Anak Nabi Adam ada yang menjadi pembunuh yaitu Qobil, sementara anak dan istri Nabi Nuh tetap kafir. Tetapi Allah menjadikan Nabi Adam dan Nabi Nuh sebagai teladan, karena keduanya memiliki sifat dan sikap yang sangat penting selama mengasuh anak-anaknya, yaitu:
 
  1. Teladan Nabi Adam Nabi Adam memiliki jiwa mengakui kesalahan, melalui doanya : 'Robbana dholamna anfusana wailam tagfirlana watarhamana lana kunnana minal khosirin' (QS. Al A'raf (7) : 23), yang artinya : Artinya : Ya Allah , kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi.

    Hikmahnya, jika kita menemukan anak kita melakukan suatu kesalahan atau perbuatan yang menyebalkan, maka lebih utama mohon ampun kepada Allah, mengakui bahwa itu adalah kesalahan kita dalam mendidik anak dan kemudian memperbaikinya. Bukan malah menuding pihak lain yang bersalah.
  2. Teladan Nabi Nuh. Nabi Nuh digelari Nabi ‘Ulul Azmi, karena Nabi Nuh pantang menyerah. Nabi Nuh berdakwah siang malam bahkan hingga kurang tidur.

Hikmahnya, dalam mengasuh anak pun seharusnya orang tua tidak pantang menyerah. Tak pernah bosan siang malam mendidik anak-anaknya tentang keimanan dan kebaikan. Anak sholeh adalah hidayah dari Allah. Orang tua hanya menunaikan hak-hak anak sebagaimana Allah memerintahkannya untuk menunaikan hak tsb. Orang tua tidak akan dihisab tentang hasil (anaknya jadi apa dan bagaimana), tapi orang tua akan dihisab selama proses mendidiknya hingga dia meninggal dunia. Jadi bagi orang tua, pengasuhan anak adalah fungsi proses, bukan fungsi hasil, hasil adalah hidayah Allah, hak prerogatif Allah, sebagaimana Allah telah menuliskan takdir anak tsb saat usia 4 bulan dalam kandungan.

Teladan dari Keluarga Ibrohim dan ‘Imron

Tiga syarat keluarga terbaik:

1. Pasangannya baik dan sholeh/sholehah

2. Memiliki anak-anak yang baik dan sholeh/sholehah

3. Memiliki cucu yang baik dan sholeh/sholehah

Keluarga Ibrohim dan ‘Imron memiliki ketiga syarat tsb, sehingga keluarga mereka digelari Allah sebagai keluarga terbaik.
  1. Istri Ibrohim dan ‘Imron sama-sama sholehah
  2. Keimanan Ibrohim dan Imron berhasil diturunkan kepada anak cucunya. Dua anak Ibrohim menjadi nabi bahkan Ibrohim sendiri digelari Bapaknya Para Nabi. Sementara anak perempuan ‘Imron, Maryam, menjadi perempuan terbaik yang dipilih Allah melahirkan Isa AS tanpa ayah.

Keluarga Ibrohim dan keluarga ‘Imron adalah keluarga dengan karakteristik yang berbeda:

Keluarga Ibrohim:

1. Keluarga para nabi

2. Keluarga poligami

3. Keluarga nomaden, pindah-pindah tempat terus

4. Keluarga full-parents, ada ayah ada ibu

5. Keluarga dengan dominan anak laki-laki

Keluarga ‘Imron:

1. Bukan keluarga para nabi

2. Tidak poligami

3. Permanen resident, di baitul maqdis terus

4. Single parent’s (‘Imron meninggal ketika Maryam lahir)

5. Keluarga dengan anak perempuan (Maryam)

Seperti apakah keluarga kita? Jika anak kita laki-laki maka berkacalah pada keluarga Ibrohim. Jika anak kita perempuan maka berkacalah pada keluarga ‘Imron. Jika anak kita ada laki-laki dan ada perempuan, maka berkacalah pada keduanya.

Pengasuhan anak laki-laki, berbeda dengan pengasuhan anak perempuan. Pengasuhan anak laki-laki fokus pada produksi, pada apa yang bisa dia berikan. Sementara pengasuhan anak perempuan fokus pada kemampuan menahan diri, kemampuan memberikan kesejukan.

Perempuan terbaik di dunia ada 4, yaitu:

1. Asiyah, karena dia mampu menahan diri dan mendukung kenabian Musa AS

2. Maryam, karena dia mampu menahan diri dan mendukung kenabian Isa AS

3. Khadijah, karena dia mampu menahan diri dan mendukung kenabian Muhammad SAW

4. Fatimah, karena dia mampu menahan diri dan mendukung kenabian Muhammad SAW

Teladan Nabi Ibrohim AS:

1. Pilih pasangan yang tepat. Bagus dan baik untuk jadi ibu atau ayah bagi anak, sehingga anak mendapatkan orang tua terbaik. Jika sudah terlanjur, maka perbaikilah hubungan dengan pasangan sesama pasutri, bukan malah cari pasangan lain.

2. Menciptakan sejarah baik (dokumentasi baik) dalam diri anak. Seperti Ismail yang sangat hormat pada Ibunya, Hajar, karena salah satunya respek thd pengorbanan Hajar bolak-bail 7 kali Shofa-Marwah demi mencari air, walaupun akhirnya Ismail jugalah yang menemukan air tsb. Seorang anak sangat terikat dengan sejarah pengasuhannya, maka bersungguh-sungguhlah dalam pengasuhan di usia dini, jangan kehilangan momen. Tips: dokumentasikan semua pertumbuhan dan kegiatan anak sehingga terjadi emotional bonding. Karena sejatinya, anak senang dengan sejarah hidupnya. Jika orang tua melakukan suatu pengorbanan besar bagi anaknya, maka beritahukanlah pada anaknya dengan bahasa yang lembut, sehingga tumbuh rasa hormat anak thd orang tuanya. Misalnya : ibunya resign dari kantor padahal sudah level manajer, demi memberikan pengasuhan terbaik pada anak, maka ceritakanlah hal ini dengan dengan bahasa yang ‘gentle’ pada anak agar tumbuh rasa bangga dan hormat anak thd ibunya.

3. Mencarikan tempat tinggal yang baik, yaitu :

- tempat yang nyaman dan aman "Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: 'Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala." – (QS.Ibrohim (14):35)

- Tempat yang strategis dan baik “Sebaik-baik tempat adalah masjid, dan seburuk-buruk tempat adalah pasar.” (HR Ath Thabrani dan Al-Hakim) Masjid, seringkali bukan menjadi patokan dalam mencari rumah, padahal ia adalah sebaik-baik tempat. Nabi Ibrohim dulu bahkan meninggalkan Hajar dan ismail di tempat tandus tak berpenghuni dengan satu keyakinan, tempat itu di sebelah Baitullah, jadi pasti baik. Sekarang justru banyak dari kita yang kalau cari rumah, memilih tempat yang mudah aksesnya ke jalan, ke pasar, ke mana-mana, walaupun tak ada masjid di sana, dengan anggapan, sholat kan bisa di rumah. Ini adalah anggapan yang benar-benar salah.

4. Ibrohim punya visi pengasuhan yang jelas, tertuang di QS Ibrohim (14) ayat 35 sd 37. Ibu adalah madrosah anak, sekolah anak, dan ayah adalah kepala sekolahnya. Tugas kepala sekolah :

- membuat nyaman sekolah

- menentukan visi misi sekolah, sekolah ini mau di bawa ke mana

- Evaluasi program-program sekolah

- menegakkan aturan sekolah

Visi pengasuhan Nabi Ibrohim :

- Selamatkan akidah

- Biasakah ibadah

- Mengajarkan perilaku simpatik (ahlak mulia)

- Memiliki lifeskill

Saat ini masih banyak ayah yang tidak bertindak sebagai kepala sekolah, tetapi malah jadi penjaga dan pesuruh sekolah, Hanya ngurusin genteng bocor, pagar rusak, cuci mobil dll.

5. Komunikasi yang patut pada anak.

- membiasakan dialog (thingking skill)

- Bersikap lembut dan menghargai

- Rumusannya : jelaskan dulu situasinya, lalu tanyakan pendapatnya.

seperti cerita menyembelihan Ismail di QS Ash-Shoffat (37) ayat 102, Bagaimana pendapatmu, anakku? Bahkan Allah pun dalam ayat-ayat Al-Qur’an selalu mengajak hamba-Nya untuk berpikir.

6. Menjadi teladan bagi anak

- dimulai dari diri sendiri, seperti Ibrohim menyebutkan dirinya sendiri dulu baru anaknya, di QS Ibrohim (14) ayat 40 : "Ya Rabb-ku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb-kami, perkenankan do'aku."

- keteladanan adalah nasehat yang menyentil

Jadi tidak ada rumusannya, orang tua nyuruh anak sholah sementara dia sendiri tidak sholat.

7. Doa yang tak pernah putus

- Doa adalah pengikat hati di saat jauh maupun dekat

- Hati anak terpaut, karena Allah yang mengikatnya, maka banyak-banyaklah berdoa untuk anak

- Jika anak tak menurut, maka koreksi kembali hubungan kita dengan Allah

Jangan bosan-bosan minta pada Allah, berdoa untuk kebaikan anak. Karena anak sholeh, sekali lagi adalah hidayah Allah. Kita orang tua hanya berusaha sebaik-baiknya menunaikan kewajiban kita atas perintah Allah untuk memapar anak-anak dengan kebaikan dan kebaikan.

Lantas Bagaimana Sebaiknya Mendidik Anak Laki-laki dan Bagaimana Sebaiknya Mendidik anak Perempuan? Ikuti Sesi Seminar berikutnya :

Sesi 3 : "Mendidik Anak Lelaki" (terjadwal 11 Oktober 2014)

Sesi 4 : "Mendidik Anak Perempuan" (terjadwal 8 November 2014)

Sesi 5 : "Pengasuhan Berkualitas dalam Keterbatasan Waktu" (terjadwal 6 Desember 2014)

Posting Lebih Baru Posting Lama

Leave a Reply

Diberdayakan oleh Blogger.